Sabtu, 31 Januari 2009

MUSIBAH DAN BERKABUNG


MAKALAH
TUGAS TERSTRUKTUR PERORANGAN
MATA KULIAH HADITS



OLEH

SUWARTO


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL MA’ARIF
JAMBI
2007


KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt,karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul : “ MUSIBAH DAN MASA BERKABUNG “ dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ,antara lain adalah : Pertama, untuk melaksanakan tugas terstuktur untuk penilaian mid semester. Kedua untuk menambah dan mengembangkan wawsan penulis dalam memahami tentang musibah.
Dengan selesainya penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maryani,S.Ag,M.HI,sebagai dosen mata kuliah Hadits yang telah membimbing penulis dalam penulisan makalah ini.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan bimbingan lebih lanjut demi terwujudnya makalah yang lebih sempurna dan bermanfaat,Amin.

Jambi, Desember 2007
Pemakalah


S U W A R T O
NIM.0725.000729






BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang selalu diliputi oleh bermacam permasalahan.Sementara semenjak diciptakan,sifat manusia tidak pernah merasa puas dan senang.Diberi kesenanga ia lupa daratan, sementara bila diberi kesulitan,ia akan bersedih dan gundah gulana tak menentu.Padahal bagi seorang mukmin,segala sesuatu yang terjadi pada dirinya,seharusnya tetap menjadi kebaikan bagi dirinya.
Namun betapa banyak kaum muslimin yang mendapat musibah ia akan tergores keimanannya.Cobaan demi cobaan yang diberikan Allah swt kepadanya, seringkali diterima dengan kekecewaan, bahkan kemarahan.Tak jarang,muncul ucapan-ucapan ataupun perbuatan yang tidak wajar bahkan brutal demi melampiaskan kekecewaan.
Padahal kalau mereka mempelajari lebih dalam tentang Islam, mereka akan mengetahui bahwa seringkali Allah hendak menyesuaikan amalan seorang hamba dengan derajat yang tinggi yang telah ditakdirkan baginya.Karena tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang melainkan kehendak dari Allah,apakah ia bisa menyikapi musibah yang menimpa dirinya itu dengan rasa keimanan dan kesabaran atau bahkan dengan sebaliknya.
Allah swt berfirman dalam al quran :
ما اصاب من مصيبة الابإذ ن الله ومن يؤ من بآلله يهد قلبه والله بكل شىء عليم(التغابن : ١١)
“ Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah ; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS.Ath-Thaghabun : 11) [1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Musibah
Musibah adalah kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa.[2] Alqurthubi menyatakan :” Musibah adalah segala yang mengganggu seorang mukmin dan menjadi bencana baginya.”
Dalam salah satu ungkapan bahasa : Shaaba As-Sahmu Al-Qirthaasa,yang artinya adalah : ashabahu (mengenainya).Sementara arti musibah sendiri adalah bencana yang menimpa seseorang,meskipun sepele.
Ikrimah meriwayatkan secara mursal bahwa lampu Nabi Muhammad saw suatu malam padam,lalu beliau berkata:” Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Ada yang bertanya :”Apakah ini musibah wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Betul.Segala yang menyusahkan kita adalah musibah.”
B. Macam Musibah
1. Musibah sakit
Dalam kehidupan sehari-hari manusia senantiasa dihadapkan dengan hal-hal yang saling berlawanan.Hal yang saling berlawanan itu, satu sisi menyenangkan dan sisi lain tidak menyenangkan.Diantara hal yang tidak menyenangkan bagi manusia adalah musibah sakit. Dalam menghadapi penyakit adakalanya manusia panik dan menggerutu. Padahal setiap apa yang Allah timpakan kepada makhluknya belum tentu hal itu sesuatu yang menyakitkan belaka tetapi hal itu sebagai ujian kesabaran bahkan sebagai ladang pahala,sebagaimana sabda rasulullah yang berbunyi :
عن ابى سعيد وابىهريرة رضى الله عنهما عن النبى صلى الله عليه وسلم قل : ما يصيب المسلم من نصب ولا هم ولا حزن ولا اذى ولا غم حتى الشو كة يشا كها الا كفر الله بها من خطا يا ه (متفق عليه )
Artinya : Abi Said dan Abu Hurairah r.a berkata : Bersabda Rasulullah saw :” Tiada seorang muslim yang menderita kelelahan atau penyakit, atau kesusahan hati ,bahkan gangguan yang berupa duri melainkan semua kejadian itu akan berupa penebus dosanya. ( HR.Bukhari dan Muslim )[3]
Dari hadits diatas sangatlah jelas bahwa musibah sakit merupakan suatu penebus dosa bagi orang yang menderita bagi si sakit.Jadi tidak semua jenis musibah itu akan hanya membuat si sakit hanya menderita, tapi sebaliknya dibalik musibah ada hikmah yang dapat diambil.
Demikian pula bila pada suatu daerah sudah terjadi wabah penyakit maka kita hendaknya bersabar dan tidak boleh meninggalkan tempat tersebut,karena walaupun bagaimana musibah datangnya dari Allah dan sudah menjadi ketentuannya.Sebagaimana sabda Rasulullah :
وعن اسا مة رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم قا ل : اذ اسمعتم الطا عون بأرض فلا تدخلوها واذاوقع بأرض وانتم فيها فلا تخر جوامنها (متفق عليه )
Artinya :Dari Usamah ra.dari Nabi Muhammad saw,beliau bersabda :” Apabila kalian mendengar ada tha’un (penyakit menular) pada suatu negeri,maka janganlah kalian memasuki negeri itu.Dan apabila penyakit itu melanda suatu negeri,sedangkan kalian berada di sana,maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (HR.Bukhari dan Muslim) [4]
Demikianlah hendaknya bila ada musibah sakit kita harus hadapi dengan lapang dada dan bertawakal.
2. Meninggal Dunia
Allah menciptakan makhluknya pasti ada akhir,karena yang kekal hanyalah Allah SWT.Khususnya setiap yang bernyawa akan merasakan mati.Hal ini telah diterangkan Allah dalam firman-Nya yang berbunyi :
كل نفس ذا ئقة الموت وانماتوفون اجوركم يوم القيمة (ال عمرا ن :١۸۵)
Artinya:” Tiap-tiap yang bernyawa itu akan merasakan mati, sesungguh- nya pahala kamu akan disempurnakan pada hari kiamat.” ( QS.Ali Imran: 185) [5]
Maka tidak bisa dibantah lagi bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.Oleh sebab itu kita harus banyak mengingat mati, sehingga apabila ajal telah menjemput kita tidak lagi menjadi panik serta membabi buta dalam menghadapi musibah kematian.Kita harus yakin dan percaya bahwa kita adalah milik Allah dan kan kembali kepada-Nya.
Oleh sebab itu apabila kita mendapat musibah apalagi musibah kematian,kita dianjurkan mengucapkan Innalillahi wainna ilaihi rajiun.
Sebagaimana firman Allah :
الذين اذااصبتهم مصيبة قالواانالله وانا اليه راجعون (البقراه :١۵٦)
Artinya: “ (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,mereka mengucapkan”Innaa lillahi wa ina ilaihi raaji’uun”(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)” (QS.Albaqarah:156) [6]
Kematian merupakan salah satu rahasia Allah yang tidak diketahui manusia.Karena batas umur manusia telah ditentukan oleh Allah SWT,tidak dapat dimajukan dan tidak pula dapat diundur barang sebentar.Jadi musibah kematian akan dialami oleh setiap umat manusia besar kecil,tua muda tanpa pandang bulu.Oleh sebab itu kita harus bersiap untuk menerima musibah kematian tersebut.
C. Cara Menyikapi Musibah
Sebagai umat Islam kita diajarkan oleh agama bagaimana selayaknya kita menghadapi segala musibah yang menimpa pada diri kita.Islam mengajarkan jalan terbaik dalam menghadapi segala sesuatunya,apakah itu yang besifat mengenakkan atau sebaliknya yang tidak mengenakkan misalnya bila mendapat musibah.Dalam menghadapi musibah Islam mengajarkan kita untuk :
1.Bersabar,karena segala yang menimpa kepada manusia,baik itu sehat atau sakit,kaya atau miskin,senang atau susah semua datangnya dari Allah SWT.Agar kita tidak larut dalam kesedihan hendaknya tanamkan dalam diri kita untuk bersabar dalam menghadapi segala musibah,karena Allah menyukai orang-orang yang sabar sebagaimana firman-Nya dalam Alquran :
وكا ين من نبي قا تل معه ربيون كثير فما وهنوالما اصا بهم فى سبيل الله وما ضعفوا ومااستكانوا والله يحب الصابرين .
(ال عمران :١٤٦)
Artinya :” Dan berapa banyak Nabi berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa,mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,dan tidak lesu dan tidak menyerah.Allah menyukai orang-orang yang sabar.” ( QS.Ali Imran:146) [7]
2.Menerima terhadap apa yang menimpa seraya mengucapkan :
الحمدلله,قدرالله وماشاء فعل(رواه البخارى)
Artinya :”Segala puji bagi Allah,jika Allah menghendaki pasti akan terjadi” (HR.Bukhari) [8]
Karena meski kita tidak mau menerima,jika Allah sudah berkehendak,maka tetap saja akan terjadi.
3.Berserah diri(tawakal) kepada Allah,setelah kita melakukan ikhtiar. Karena Allah adalah sebaik-baik tempat untuk berserah diri.Semoga Allah akan mengganti dengan yang lebih baik.
4.Berusahalah untuk tabah dan jangan berbuat yang dilarang agama,misalnya meratap secara berlebihan dengan cara memukul-mukul diri sendiri,hal ini dilarang keras oleh Rasulullah,sebagaimana sabda beliau :
عن عبدالله رضى الله عنه قال:قال النبى صلى الله عليه وسلم ليس منا من لطم الحدودوشق الجيوب ودعا بدعوى الجا هلية
Dari Abdullah ra.berkata:Nabi saw bersabda :”Bukan dari golongan kami orang yang menampar-nampar pipi,merobek leher baju dan berseru dengan seruan jahiliyah (misalnya mengatakan :”Alangkah celakanya saya sebab ditinggal kamu.”) [9]
Demikian diantara cara kita menyikapi segala musibah yang menimpa sehingga terhindar dari hal-hal yang dapat menyesatkan.

D. Masa Berkabung
Berkabung berasal dari kata kabung berati kain putih yang diikatkan di kepala sebagai tanda berduka cita.[10]
Jadi berkabung adalah turut berduka cita karena adanya keluarga atau yang lain meninggal dunia.
Sudah menjadi kelaziman bila ada musibah,meninggal dunia kita turut berkabung atau bersedih/berduka cita.Karena Rasulullah sendiri merasa sedih ketika Ibrahim,anak beliau meninggal,sebagaimana hadits nabi yang artinya :
“ Dari Anas r.a berkata:Kami masuk bersama Nabi saw pada Abu Saif Al Qain,suami wanita yang menyusui Ibrahim.Rasulullah saw mengambil Ibrahim dan menciumnya,sesudah itu kami masuk kepadanya dan Ibrahim menghembuskan nafas dengan tenang,mata Rasulullah mulai mencucurkan air mata.Lalu Abdur Rahman bin Auf berkata kepada beliau:”Engkau wahai Rasulullah” Beliau bersabda :”Wahai putra Auf sesungguhnya air mata itu kasih sayang.” Kemudian air mata terus mengucur.Beliau bersabda: “Sesungguhnya mata mencucurkan air mata, dan hatipun susah dan kami hanya mengatakan apa yang diridhai oleh Tuhan.Dan sungguh kami sedih karena berpisah denganmu wahai Ibrahim.” [11]
Jadi sudah menjadi kewajaran bila ada seseorang atau keluarga meninggal hati merasa sedih.Namun demikian harus sesuai dengan ajaran agama.
Namun demikian kita jangan larut dengan kesedihan,karena akan menimbulkan hal yang tidak baik bila terlalu laru dalam kesedihan. Kita harus ingat bahwa semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah pula.













BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
1. Setiap musibah yang datang adalah kehendak Allah.
2. Dalam menghadapi musibah kita harus senantiasa bersabar,berserah diri dan bertawakal kepada Allah.
3. Sudah menjadi kelaziman kalau kita berduka saat ada sanak keluarga ada kerabat meninggal.
4. Kita boleh berduka namun jangan sampai berlarut-larut,sehingga kita lupa bahwa musibah semuanya adalah kehendak Allah.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini,penulis berharap kita sebagai orang mukmin agar dapat menyikapi dengan baik tentang musibah.Karena musibah adalah kehendak Allah yang mau tidak mau harus kita terima.Dapat dibayang bila kita tidak dapat menyikapi datangnya musibah dengan baik tentu kita akan menjadi orang yang salah dalam menerima kehendak Allah.
Bila kita salah dalam menyikapi apa yang menjadi kehendak Allah bisa-bisa kita akan terjerumus kepada hal-hal yang melanggar agama. Untuk itu mari kita sikapi musibah yang datang dari Allah dengan sikap lapang dada,sehingga kita tidak terlalu tersiksa dengan perasaan kita sendiri.










DAFTAR PUSTAKA
Achmad Sunarto dkk.Terjemah Shahih Bukhari 2 ,Semarang : CV.Asy Syifa’,1993
Anonim,AlQuran dan Terjemah,Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsir AlQuran,1971
Imam Nawawi,Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 2,Bandung:Pustaka Amani,1999
Ma’sum, Bimbingan Hidup Mukmin,Non Kota : CV.Bintang Pelajar,Non Tahun
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,Jakarta,1998

[1] Anonim,Al Quran dan Terjemah,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al Quran, Jakarta.1971,hal 941

[2] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Balai Pustaka,Jakarta,1998
[3] KH.Ma’sum,Bimbingan Hidup Mukmin,CV.Bintang Pelajar,Non Kota,Non Tahun,hal 20
[4] Imam Nawawi,Terjemah Riyadus Shalihin Jilid 2,Pustaka Amani,Jakarta.1999, hal 592
[5] Anonim,Al Quran dan Terjemah,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al Quran, Jakarta.1971,hal 109
[6] Anonim,Al Quran dan Terjemah,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al Quran, Jakarta.1971,hal 39
[7] Anonim,Al Quran dan Terjemah,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al Quran, Jakarta.1971,hal.100
[8] Achmad Sunarto dkk,Terjemah Shahih Bukhari 2,CV.Asy Syifa’,Semarang,1993
[9] Achmad Sunarto dkk,Terjemah Shahih Bukhari 2,CV.Asy Syifa’,Semarang,1993 hal.250
[10] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,1998,hal 426
[11] Achmad Sunarto dkk,Terjemah Shahih Bukhari 2,CV.Asy Syifa’,Semarang,1993 hal.258

Tidak ada komentar: