Sabtu, 31 Januari 2009

PENDEKATAN TEKHNOLOGI PENDIDIKAN

Pendahuluan
Telah tiga tahun kita memasuki melenium ketiga sejak tahun 2000, era ini sering dinamakan orang dengan era globalisasi karena didorong oleh kemajuan informasi yang telah menjadi power ketiga setelah kekuasaan dan uang. Pada era ini persaingan adalah suatu konsekuensi logis dari percaturan skala global dalam dunia tanpa batas (bordeless world). Untuk itu memenangkan persaingan profesionalitas merupakan kata kunci yang harus diupayakan, profesional dalam bekerja, profesional dalam pelayanan dan sebagainya yang harus didukung oleh tenaga-tenaga yang berkualitas. Suatu yang mustahil bagi kita untuk memenangkan suatu persaingan bila cara kerja tidak profesional. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita bisa bersaing mengahadapi percaturan tingkat global sekarang ini di saat kita sedang terpuruk oleh krisis ekonomi dan sumber daya manusia yang kurang memadai ? AFTA tahun 2003 telah mulai, APEC tahun 2010 tidak terlalu lama. Waktu berjalan terus dan tidak pernah menunggu, globalisasi mau tidak mau atau suka tidak suka pasti akan datang dan bahkan sudah mulai. Ibarat banjir, globalisasi tidak akan menunggu dengan alasan bahwa kita sedang sakit, dan banjir akan datang pada waktunya tanpa peduli dengan kondisi orang lain. Oleh karena itu mempersiapkan diri menghadapinya adalah suatu sikap penting terlepas ekonomi dan sumber daya yang ada masih lemah. Untuk itu bagi kita perlu membuat langkah strategis dan taktis yang smart (cerdas) dengan tetap mengindahan ketentuan yang ada agar kita tetap eksis dalam milenium ketiga. Merubah paradigma berpikir dan budaya kerja adalah langkah strategis yang harus dimulai sekarang ini juga (tanpa menunda sedetikpun), yaitu agar berorientasi kepada sasaran khalayak dan pasar (to client or market oriented).
Kenichi Ohmay yang pernah menjadi konsultan Lee Kwan You dan Mahatir Muhammad dalam tulisannya ‘The End of The Nation State” (Berakhirnya Negara Bangsa - 1995) mengatakan bahwa globalisasi tersebut ditandai dengan “four I’s” atau ”4 huruf I”, yaitu Investment, Industry, Information Technology, dan Individual Cosumer. Dalam era negara tanpa batas ini seseorang akan menanamkan investasinya tidak lagi mempertimbangkan ini negara saya atau bukan, mereka akan menanamkan modalnya dimana saja apabila menguntungkan, tidak peduli negara tersebut jauh dari tanah airnya, sebab mereka sudah menjadi penduduk desa global (Global Vilage). Demikian juga orang akan membangun industri dimana keuntungan komperatif dan kompetitifnya sangat profitable, seperti di negara yang gaji buruhnya murah, pertimbangan placing yang dekat dengan market, dan lain sebagainya. Penempatan investasi dan industri dimanapun tidak akan menjadi problem karena ditunjang oleh “Information and Communication Technology” (ICT). Dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi orang tidak akan merasakan jauh dari manapun walaupun ia berada di seberang dunia sana. Teknologi satelit, telepon seluler dan perkembangan internet dengan keunggulan e-mailnya hubungan menjadi mudah antara CEO di kantor pusat dengan para manajernya di seluruh anak perusahaan atau cabangnya di berbagai negara tanpa hambatan, kapan saja bisa dihubungi bahkan bisa menerapkan teleworking (bekerja secara jarak jauh, bisa di rumah atau di negara lain), telemeeting (rapat jarak jauh), dan tele-edukasi atau pelatihan dan pendidikan jarak jauh.
2. Teknologi Pendidikan
Mendengar kata teknologi asumsi kita akan selalu terkait dengan produk berupa mesin. Asumsi ini tidaklah berlebihan , karena teknologi selalu berkaitan dengan permesinan. Teknologi bukanlah sekedar mesin, melainkan merupakan perpaduan yang kompleks dari manusia dan mesin, ide, prosedur dan pengelolaan (Hoban, dalam AECT, 1977). Kata teknologi seolah tak lepas dari ilmu pengetahuan, karena memang pada hakekatnya teknologi adalah penerapan ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke tu gas-tugas praktis (Galbraith, AECT 1977). Pendapat lain tentang teknologi yang dikemukakan ( Gentry, Anglin 1991) , adalah : penerapan sistemik dan sistematik dari konsep ilmu perilaku dan ilmu fisika serta pengetahuan lain untuk memecahkan masalah.
Apapun batasan teknologi yang kita pakai, pada dasarnya teknologi bersifat bebas nilai, baik buruknya terletak pada manusia. Teknologi juga mengarah pada effisiensi dan effektivitas serta mengupayakan adanya nilai tambah. Juga tak dapat kita lepaskan bahwa teknologi pada hakikatnya ada, karena adanya kebutuhan untuk memecahkan suatu masalah.
Lalu bagaimana dengan teknologi pendidikan ?
Teknologi pendidikan dapat dipandang sebagai suatu produk maupun proses.
Sebagai suatu produk , teknologi pendidikan lebih mudah dipahami karena sifatnya yang konkrit. Kita dapat melihat penggunaan OHP, radio, video, film dan perangkat keras yang lain sebagai produk teknologi yang dapat digunakan sebagai media pendidikan. Namun perlu pula diketahui bahwa media pendidikan hanyalah sebagian dari konsep teknologi pendidikan. Sebagai suatu proses teknologi pendidikan lebih abstrak sifatnya. Teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan terpadu , yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan yang menyangkut semua aspek belajar manusia (AECT, 1986)
Teknologi Pendidikan sebagai suatu bidang kajian dan kegiatan tumbuh dan berkembang karena adanya masalah internal dan eksternal dalam bidang pendidikan yang tidak terpecahkan dengan pendekatan yang telah ada sebelumnya. Masalah internal pendidikan meliputi antara lain, semakin banyaknya mereka yang ingin mendapatkan pendidikan , padahal sumber-sumber yang tersedia tidak mampu untuk memecahkannya. Sedangkan perkembangan eksternal yang terpenting adalah perkembangan teknologi, yang merupakan upaya manusia untuk meningkatkan effisiensi dan effektivitas kegiatan manusia ( Ellul, 1967)
Sejalan dengan konsep teknologi, teknologi pendidikan ada karena adanya masalah dalam pendidikan. Telah kita kita ketahui bersama bahwa paling tidak ada empat masalah pokok pendidikan kita saat ini, yaitu pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu, efisiensi dan keterkaitan antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat.
Oleh karena pendidikan cakupannya luas maka teknologi pendidikanpun memiliki kawasan kerja yang luas pula. Teknologi pendidikan tidak hanya berurusan dengan pendidikan sekolah mulai TK hingga perguruan tinggi, tetapi juga pendidikan luar sekolah dan pelatihan. Teknologi pendidikan tidak hanya terbatas pada lingkup departemen pendidikan tetapi juga departemen atau lembaga lain sepanjang kegiatannya berkaitan dengan proses belajar.
Dalam teknologi pendidikan bentuk pemecahan masalahnya berupa sumber-sumber belajar (learning resources) yang dirancang dan atau dimanfaatkan untuk tujuan belajar beserta pengelolaannya.
Kita kenal adanya 6 jenis sumber belajar, yaitu:
- Pesan (message), yaitu ajaran atau informasi yang diteruskan sumber lain kepada sasaran didik. Semua bidang studi baik yang tertuang dalam kurikulum maupun yang tidak termasuk jenis sumber belajar ini.
- Orang, (people) yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan.
- Bahan (materials atau perangkat lunak) yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat maupun oleh dirinya sendiri.
- Alat (devices), biasa disebut perangkat keras, yang digunakan untuk menyajikan pesan yang ada di bahan.
- Teknik (technique), yaitu prosedur atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk mengampaikan pesan. Seringkali teknik ditafsirkan sebaai metode, namun sebenarnya lebih luas dari itu karena lebih condong ke strategi.
- Lingkungan (setting) yaitu situasi sekitar dimana pesan diterima, baik lingkungan fisik maupun non fisik (Miarso, 1984).
Sumber belajar tersebut ada yang dirancang khusus untuk tujuan belajar, ada pula yang dimanfaatkan untuk belajar.
Dari keenam sumber belajar tersebut perpaduan antara bahan dan alat atau antara software dan hardware inilah yang disebut dengan media pendidikan. Jadi jelaslah bahwa media pendidikan hanyalah bagian dari keseluruhan konsep teknologi pendidikan.
Ada tiga prinsip dasar teknologi pendidikan, yaitu pendekatan sistem, berorientasi pada siswa dan pemanfaatan semaksimal dan sebervariasi mungkin sumber belajar (Sadiman, 1984).
Prinsip pertama pendekatan sistem berarti bahwa setiap usaha pemecahan masalah pendidikan yang dilandasi oleh konsep teknologi pendidikan hendaknya menerapkan prinsip pendekatan sistem. Ini berarti bahwa dalam memecahkan masalah tersebut hendaklah melalui tahap-tahap analisis kebutuhan dan masalah, identifikasi alternatif pemecahan, pemilihan dan pelaksanaan alternatif pemecahan, penilaian dan perbaikan terhadap pemecahan masalh tersebut. Setiap masalah pendidikan yang akan kita pecahkan hendaklah kita pandang dalam kaitan suatu sistem sehingga penanganan terhadap satu komponen harus mempertimbangkan pula keterkaitan dan integrasinya dengan komponen- komponen lainnya.
Prinsip kedua, berorientasi pada siswa, berarti bahwa usaha-usaha pendidikan, pembelajaran dan latihan hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik. Siswa atau peserta didik adalah titik sentral kegiatan pendidikan, merupakan subyek pendidikan dan bukannya obyek pendidikan. Hal ini menyarankan bahwa dalam setiap proses belajar-mengajar peserta didik hendaknya aktif dan dibuat aktif melakukan proses belajar, sedangkan guru atau pendidik hendaknya aktif pula memberikan kemudahan bagi siswanya untuk berinteraksi dengan berbagai sumber belajar.
Prinsip ketiga, pemanfaatan sumber belajar semaksimal dan sebervariasi mungkin. Seseorang belajar karena dia berinteraksi dengan sumber belajar. Guru adalah sumber belajar yang penting dalam setiap proses belajar-mengajar namun bukanlah satu-satunya sumber belajar. Pada masa revolusi pendidikan yang pertama (Ashby, 1972) ribuan tahun yang lalu di mana masyarakat/ orang tua menyerahkan tugas mendidik anaknya kepada orang lain yang nantinya disebut guru, dan proses pendidikan beralih dari rumah ke sekolah, memang guru boleh dikatakan sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan, masalah dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kita tidak bisa menutup mata dan telinga bahwa masalah pendidikan semakin kompleks dan tidak semua pesan harus dan dapat disampaikan oleh guru saja. Banyak sumber belajar lain yang potensial dan harus dirancang dan atau dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar ini. Tanpa sepengetahuan guru sengaja ataupun tidak sengaja siswa telah berinteraksi dengan sumber belajar lain. Itulah sebabnya teknologi pendidikan menganjurkan penggunaan berbagai sumber belajar ini.
Kemungkinan dan kemampuan Teknologi Pendidikan
Kita dapat mengidentifikasikan kemungkinan dan kemampuan teknologi pendidikan dengan dua cara. Pertama dengan melakukan pengkajian empirik, dan kedua dengan melakukan analisis konseptual (Miarso : 1988).
The National Task Force on Educational Technology suatu unit yang dibentuk oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat melaporkan hasil pengkajiannya tentang kegunaan teknologi pendidikan dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat (1986:16) sebagai berikut :
- mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar efisien dari cara-cara konvensional
- mengajarkan konsep dan ketrampilan penalaran pada peringkat tinggi yang sulit dikembangkan tanpa bantuan teknologi
- mengembangkan pemahamanan tentang teknologi informasi serta kegunaannya bagi masyarakat dan dunia kerja
- memungkinkan guru untuk mengelola lingkungan belajar, dimana belajar dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa, serta kemampuan mereka untuk mencapai penguasaan yang dipreskripsikan
- mengembangkan ketrampilan dalam menggunakan komputer dan teknologi lain yang berkaitan.
Office of Tecnology Assessment (OTA)- suatu badan yang dibentuk oleh Congress of the United Stated, dalam laporan pengkajiannya “Power On ! New Tools for Teaching and Learning” menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh teknologi pendidikan, terutama dengan menggunakan komputer, yaitu :
- latihan dan pengulangan untuk mencapai keterampilan dasar
- pengembangan ketrampilan menulis
- mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan penalaran tingkat tinggi
- memahami konsep matematik dan sains yang abstrak
- memberikan pengalaman yang tersimulasikan dalam sains, matematik, dan ilmu pengetahuan sosial
- memanipulasi dan memanfaatkan data
- akses dan kesempatan bagi mereka yang secara traditional tidak tercapai dengan pendekatan tradisional
- akses dan komunikasi antara guru dan siswa dalam jarak yang terpisah jauh
- belajar mandiri
- belajar secara kooperatif dengan tukar menukar informasi dari berbagai sumber
- mempermudah pengelolaan kegiatan belajar dan pengelolaan catatan siswa.
Pendidikan Luar Sekolah dan Teknologi Pendidikan
Masalah Pendidikan Luar Sekolah (PLS ) menurut Sihombing (Depdikbud : 1999) ialah bagaimana memenuhi dan melayani kebutuhan masyarakatyang secara kuantitas terus meningkat dan beragam dengan berbagai kendala yang dihadapi antara lain di bidang organisasi, kelembagaan, ketenagaan, dan program dengan hasil yang bermakna terhadap meningkatnya kecerdasan, keterampilan dan kemandirianmasyarakat yang mampu membangun dirinya dan secara bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan negara dan bangsa. Sedangkan menurut Tryadi (Ses Ditjen PLSP Depdiknas) menyatakan bahwa masalah-masalah yang dihadapi PLSP adalah : 1) Jumlah dan mutu tenaga diberbagai teingkatan terbatas, 2) Program PLSP belum dipahami oleh masyarakat luas, 3) Kurangnya inovasi dalam pengembangan bahan belajar, 4) Data untuk penyususnan perencanaan yang akurat sulit diperolah, dan 5) Informasi terbatas dan kurangnya pemanfaatan teknologi.
Berdasarkan masalah-masalah diatas ada beberapa kegiatan yang bisa dilaksanakan dengan memanfaatkan TKI/ICT, yaitu :
1. Pengembangan system pembelajaran jaraj jauh bagi calon tutor
2. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu menyiapkan tutor Kejar Paket B yang kurang jumlahnya. Tutor-tutor baru bias direkrut dengan biaya yang relatof murak dengan menggunakan modul-modul yang sudah ada.
3. Pengembangan media video dan televisi
a). Pengembangan program ini untuk mengangkat sikap optimisme masyarakat warga belajar.
b). Program filer untuk memberikan kesadaran bagi masyarakat agar memberikan bagi mereka yang masih buta hurf, buta aksara dan buta pengetahuan dasar.
c). Pembuatan Sinetron yang ditujukan bagi generasi muda agar memiliki sikap positif (meningkatkan imtak dan ilmu pengetahuan, semagat bersaing dan wawasan kebangsaan) dan menjauhi hal-hal yang negatif seperti penyalahgunaan narkoba pergaulan bebas dan minuman keras.
d). Pembuatan video pembelajaran untuk keterampilan.
4. Pengembangan media audio dan radio
5. Media ini bisa berisi mata pelajaran seperti Bahasa Inggris, matematika dll, dan pembelajaran keterampilan untuk mengembangkan usaha disamping sandiwara radio untuk meningkatkan sikap positif.
4. Pengembangan CD-ROM multimedia interaktif
6. Program CD ROM multimedia interaktif bias berisi keterampilan-keterampilan tertentuseperti otomotif, elektronika dll. Program ini disebarkan keselurug BPKBM, BPKB, SKB dan lembaga-lembaga kursus. Tujuan program ini untuk meningkatkan kualitas tutor kejar paket B dan C
7. Pengembangan Radio Komunitas
8. Radio komunitas adalah suatu stasiun radio yang mempunyai daya jangkau terbatas, stasiun ini sepenuhnya dikelola oleh komnitas masyarakat sendiri dalam penyususna acara, pengembangan isi siaran dan pengoperasiannya. Dengan radio komunitas masyarakat diharapkan akan mendapatkan informasi lingkungannya, fasiltas yang tersedia dan perkembangan yang ada dan akan bisa disebarluaskan kepada komunitas yang lain. Pertukaran informasi akan mendatangkan nilai tambah bagi warga masyarakat sendiri.
Penutup
Kiranya dalam mileniun ketiga atau abad 21 ini mengatasi permasalahan yang dihadapi selain memanfaatkan program radio dan video seyogianya PLS ikut berperan serta dalam mendorong warga belajar dalam memberikan akses kepada warga belajar untuk mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi dalam rangka mempercepat penuntasan wajib belajar dan peningkatan kualitas sdm kita yang sangat kurang memadai.

Tidak ada komentar: